Thursday, March 22, 2007

Bir dingin yang bernama Hidup



Saya sedang malas memasak. Entah kenapa, sedang malas saja. Padahal sedang ada tamu di rumah. Namanya Yanes.
Seorang bapak dari 2 anak yang masih kecil kecil. Temenku ini masih 38 tahun, dan Januari kemarin mendapat serangan jantung. Seorang pengusaha arsitek muda dan beristri seorang dokter yang sedang mengambil spesialis. Kedengarannya seperti Perfect Life ya?. Until, serangan jantung itu. Saat ini masih di Singapore General Hospital, pembuluh darah ke jantungnya sempat mampet, dan 1 diantaranya masih tetap mampet. Suddenly, sekarang berpikir apa itu kehidupan?. Mana kah yang prioritas sebenarnya dalam hidup ?
Ketika segala upaya manusia terbentur pada ketidaksempurnaan dan takluk pada kehendak lain Yang Kuasa, jumawa langsung redup. Dimana mujizat itu?
Yanes masih terkapar di tempat tidur, dengan tetap merenung, apa sih sebenarnya hidup itu ?
Bagi saya, hidup itu sendiri mujizat. Tiap detik itu berkat. Tidak penting berapa lama saya hidup, asal tiap hari sanggup bersyukur dan menjadi berkat, syukur2 hidup saya bisa jadi 'mujizat' buat orang lain.

Lalu kenapa Corona? Saya lagi pengen bir dingin di siang yang sedang panas ini. Teman saya, Oot mengirimkan dari California lewat warung pecel kawi.

No comments: